Total Pageviews

Analisis Teknikal



Trading as a journey .... even you loose !
Trend is our friend, don't ever fight the trend !


Chart & Running Trade di Layar BEI
Sumber : IPOT


Analisis teknikal adalah suatu metode analisis secara statistik untuk menilai suatu saham, mata uang, sekuritas, atau komoditi seperti minyak, hasil tambang, hasil pertanian dan sebagainya  berdasarkan data yang berupa pergerakan harga (pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan) di masa lampau. Data ini yang kemudian digunakan untuk memprediksi harga di masa datang (Ong, 2008).

Menurut Achelis (2001) analisis teknikal adalah studi mengenai harga masa lalu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik (better investment) di masa depan dengan menggunakan grafik sebagai alat bantunya.

Berbeda dengan analisis fundamental yang melakukan penilaian berdasarkan analisis data-data internal dari perusahaan emiten seperti laporan keuangan, atau data eksternal yang mempengaruhinya (keadaan makro ekonomi atau kebijakan-kebijakan ekternal) pada waktu tertentu (Gumanti, 2011).  Sedangkan menurut Achelis (2001), suatu analisis fundamental adalah proses penentuan harga (dalam hal ini saham) berdasarkan prediksi pendapatan di masa datang (future earning).

Analisis teknikal melakukan perhatian terhadap pergerakkan harga dari waktu ke waktu (jam, harian, mingguan, bulanan atau tahunan) yang biasanya ditampilkan dalam bentuk grafik (chart) sehingga orang yang melakukan analisis ini sering disebut technicalist atau chartist (Ong, 2008).


Jenis grafik yang secara umum sering digunakan para technicalist adalah, grafik batang (bar chart), dan grafik garis (line chart) grafik lilin (candle chart atau sering disebut candle stick). Untuk yang berwarna hijau menunjukan bahwa harga penutupan saham saat ini lebih tinggi dibanding harga penutupan sebelumnya (istilahnya saham sedang naik). Warna merah menunjukkan harga penutupan saat ini lebih rendah dari harga penutupan sebelumnya (saham sedang turun). Warna kuning (berbentuk salib sumbu) menunjukan harga penutupan sebelumnya sama dengan harga penutupan saat ini. Warna kuning indikasi bahwa harga saham akan berbalik arah.


Candle Stick Chart . Sumber IPOT
















Dalam melakukan investasi di pasar modal, perlu adanya pembedaan yang mendasar antara pelaku pasar yaitu trader dan investor. Perbedaan mendasar bagi keduannya adalah waktu yang dibutuhkan saat mulai melakukan investasi sampai dengan batas akhir atau biasa disebut time horizon. Batas mulai investasi sampai dengan batas akhir inilah yang dijadikan sebagai dasar perhitungan atau evaluasi dari pencapaian hasil. Time horizon dari masing-masing merupakan waktu penentuan yang sifatnya subyektif bagi trader atau investor

Disebut trader jika time horizon yang digunakan adalah jangka pendek. Bisa dalam jangka waktu 24 jam saja dalam melakukan proses jual beli untuk menghasilkan pendapatan. Bisa dalam beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan.  Sedangkan investor memerlukan jangka waktu yang lebih lama dalam berinvestasi. Minimal adalah satu tahun  atau bahkan sampai lebih dari sepuluh tahun (Banjoko, 2011).

Time horizon yang biasanya digunakan oleh trader atau investor adalah jangka pendek (short term), jangka menengah (medium term) atau jangka panjang (long term). Jangka pendek, waktu yang digunakan dalam berinvestasi adalah maksimal tiga minggu. Untuk jangka menengah waktu yang digunakan adalah lebih dari tiga minggu sampai paling lama satu tahun. Sedangkan jangka panjang, waktu yang digunakan adalah lebih dari satu tahun (Ong, 2008).

Darmawan (2010)  dalam buku "Investor Sibuk" membuat perbedaan trader dan investor menjadi bagian seperti yang tertera pada tabel berikut di bawah ini :

Parameter
Momentum Trader
Growth Investor
Value Investor
Sifat
Risk Taker
Risk Tolerance
Risk Averse
Fokus
Harga Sesaat
Kinerja Perusahaan
Aset Perusahaan
Petunjuk
Harga Sesaat
Laba Rugi
Neraca & Laba Rugi
Tren
Short Term
Medium term
Long Term
Analisis
Technical
Technical & Fundamental
Fundamental
Periode
Menit – harian
Bulanan
Tahunan
Aktivitas
Sering (menit-harian)
Sedikit (bulanan)
Sedikit (tahunan)
Sasaran
Penghasilan
Medium Approach
Long term approach
Monitoring
Sangat aktif
Tidak terlalu aktif
Pasif
Harga  yang dimonitor
Real Time
Delay Time
Delay Time
Order
Real Time (penting)
Real time (tidak penting)
Real time (tidak penting)



ANALISIS TREND dan SIKLUS PASAR

Harga yang terbentuk dalam kurun waktu tertentu dapat membuat suatu pola atau arah yang biasa disebut trend. Menurut teori Dow (Dow Theory) bahwa trend dapat dibagi menjadi tiga yaitu uptrend, down trend, dan side way.

Uptrend yaitu kondisi dimana harga cenderung menunjukan kenaikan dari harga sebelumnya.  Meskipun diselingi oleh penurunan harga atau koreksi, namun secara garis besar arahnya menuju tingkat yang lebih tinggi.

Gambar Kondisi Uptrend. Grafik ke arah atas .
Sumber : forextechnicalchartist.com


Down trend yaitu kondisi dimana harga cenderung menunjukan penurunan dari harga sebelumnya.  Meskipun diselingi oleh kenaikan harga, namun secara garis besar arahnya menuju tingkat yang lebih rendah.


Grafik Kondisi Downtrend
Sumber : forexrealm.com



Sideway yaitu kondisi dimana harga cenderung menunjukan nilai  yang konstan atau stabil pada kurun waktu tertentu.  Meskipun diselingi oleh kenaikan atau penurunan harga, namun secara garis besar arahnya tidak menunjukan kecenderungan naik atau turun (Achellis, 2001)

Gambar Grafik Kondisi Sideways
Sumber : fxhometrader.co.za



“Trend is our friend and never fight the trend”. Trend adalah merupakan salah satu faktor kunci dalam berinvestasi di pasar modal.  Identifikasi trend sangat penting dalam membantu investor untuk memilih saham apa yang akan dibeli (berdasarkan data uptrend) dan kapan saham tersebut dibeli atau dijual. Saham akan dibeli oleh investor ketika menunjukan keadaan uptrend . Dibeli dengan harga rendah untuk kemudian dijual dengan harga tinggi atau dibeli dengan harga tinggi dan dijual dengan harga lebih tinggi.

Untuk pasar modal di Indonesia,  pihak otoritas bursa seperti Bapepam melarang kondisi short selling. Yaitu kondisi dimana investor dapat melakukan penjualan saham tertentu pada harga tinggi tanpa harus memiliki saham tersebut untuk kemudian membelinya pada saat harga rendah dalam hari yang sama. Untuk negara-negara seperti Amerika atau HongKong , kondisi short selling adalah hal biasa dan dibolehkan. Dengan demikian  identifikasi downtrend juga digunakan dasar untuk melakukan pembelian dan penjualan dengan metode short selling (Achellis, 2001).

Menggambar garis trend, jika pada kondisi uptrend maka garis yang dibuat dengan cara menghubungkan titik harga terendah pada bagian lembah yang terbentuk. Untuk kondisi downtrend, menghubungkan titik harga tertinggi pada bagian puncak yang terbentuk. Sedangkan kondisi sideway, maka garis yang dibuat dengan menghubungkan titik harga tertinggi pada puncak dan titik harga terendah pada lembah. Penggambaran garis trend seperti pada gambar di atas.

Siklus pasar tampak seperti gambar  di bawah ini adalah suatu kondisi pergerakan harga yang dimulai awal (harga terendah) hingga akhir (harga tertinggi) untuk kemudian kembali ke harga semula (harga terendah) pada rentang waktu tertentu. Pasar akan mengalami suatu siklus. Yang menyebabkan harga terendah atau tertinggi adalah berasal dari supply dan demand para pelaku pasar. Dalam pasar modal, siklus terbagi menjadi empat bagian yang diterangkan dalam gambar dan tabel berikut di bawah ini (Darmawan, 2010) :

Gambar Siklus Pasar dalam Rentang Tertentu












Bagian
Kondisi
Bagian 1
Keadaan dimana siklus mulai berbalik arah menuju bullish, biasanya kondisi ini telah dimanfaatkan oleh para manajer investasi untuk melakukan pembelian atau perusahaan sekuritas dengan kapitalisasi yang besar. Investor lain masih belum mengetahui keadaan ini.
Bagian 2
Keadaan dimana harga mulai naik, saat yang tepat untuk melakukan pembelian.
Bagian 3
Kadaan dimana harga mulai mengalami stagnasi dan ketidakpastian. Harga mau dibawa ke mana. Bisa naik atau bisa turun. Namun banyak juga investor yang baru melakukan pembelian pada bagian ini dengan harapan harga akan naik lagi. Sedangkan sebagian investor, bagian ini adalah saat yang tepat untuk melakukan “take profit” atau “profit protection”.
Bagian 4
Keadaan masa penurunan atau masa-masa tekanan jual lebih tinggi daripada pembelian.



Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa siklus terjadi Bursa Efek Indonesia pada rentang November 2009 – Februari 2010 dimana grafik dari pergerakan harga saham pertambangan mengalami kenaikan dan kembali menurun ke harga semula.

Gambar Kondisi Siklus di Pasar Modal (Pertambangan)
Sumber : IPOT



Jika dilihat dari grafik yang terjadi pada gambar di bawah ini, pola dari pergerakan harga saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) yang termasuk salah satu perusahaan pertambangan mengalami siklus sama seperti pergerakan harga saham pertambangan. Siklus ini akan selalu berulang dan harga yang terbentuk adalah hasil dari persepsi para investor yang juga berulang setiap waktu.



Gambar Kondisi Siklus di Pasar Modal untuk saham PGAS
Sumber : IPOT


GARIS SUPPORT DAN RESISTANCE

Garis support adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga akan naik (garis batas bawah). Pada garis ini terdapat keadaan dimana permintaan lebih besar dari penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan naik.


Garis resistance adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga akan turun (garis batas atas). Pada garis ini terdapat keadaan dimana permintaan lebih kecil dari penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan turun (Achellis, 2001).

Gambar Support dan Resistance Level
Sumber : tradeforecast.biz



Gambar di atas merupakan cerminan dari psikologi para investor, yaitu suatu keadaan dimana investor melakukan pembelian, penjualan, atau tidak melakukan transaksi sama sekali. Psikologi investor yang diliputi perasaan takut (fear) atau serakah (greed) dalam melakukan transaksi dengan sendirinya akan membentuk supply dan demand.

Rasa takut timbul sebagai akibat pemilihan suatu saham yang  harganya kemudian turun dan menderita kerugian. Pada keadaan ini investor berharap saham dapat kembali ke keadaan semula. Sedangkan rasa serakah timbul sebagai akibat melakukan pembelian atau penjualan saham yang nilai keuntungannya dianggap kurang sesuai dengan harapan. Membeli kurang banyak pada saat saham  yang dibeli mengalami kenaikan atau menjual pada harga yang tidak terlalu tinggi dimana saham tersebut naik pada level yang lebih tinggi. Semakin tinggi volatilitas suatu saham atau dalam hal ini pasar , maka akan tinggi pula perasaan takut dan serakah dan semakin kuat pula tingkat resistance dan support-nya.

Bila garis support dapat ditembus oleh pergerakan harga , secara otomatis garis support tersebut menjadi garis resistance. Bila garis resistance dapat ditembus oleh pergerakan harga, maka garis tersebut akan berubah menjadi garis support (Ong, 2008).


Pullback 

Pullback adalah kondisi pada saat harga kembali ke level support atau resistance yang pernah ditembus yang kemudian melanjutkan trend yang sedang berlangsung (C ke D kemudian ke F) pada gambar dibawah ini . Ini adalah berakhirnya trend jangka pendek pada trend jangka panjang (Brooks, 2012).

Gambar Kondisi Pullback
Sumber : www.mta.org


Pada gambar di atas  di sebelah kiri terlihat bahwa pullback terjadi menuju garis support  yang kemudian berbalik kembali melanjutkan trend (bullish) yang sedang terjadi. Sedangkan pada bagian kanan  terlihat bahwa pullback terjadi menuju garis resistance yang kemudian berbalik kembali melanjutkan trend (bearish) yang sedang terjadi.

Kondisi bearish adalah suatu kondisi dimana keadaan suatu pasar yang cenderung menurun. Asal katanya adalah bear (beruang) yang sedang mencakarkan kukunya ke arah bawah. Sebaliknya, kondisi bullish adalah suatu kondisi dimana keadaan suatu pasar yang cenderung naik secara terus menerus. Asal katanya adalah bull (banteng) yang sedang mengayunkan tanduknya ke atas (Little, 2011).


Gambar Saham INCO terjadi Pullback, Kemudian Melanjutkan Trend-nya
Sumber : IPOT


BATAS TOLERANSI

Batas toleransi adalah batas yang diperbolehkan sebelum pergerakan harga yang melewati suatu garis dinyatakan sebagai penembusan yang sah dan merupakan tolok ukur garis tersebut sebagai valid break atau bukan. Batas toleransi ini digunakan untuk meredam sinyal palsu (bad signal) atau whipsaws. Batas toleransi bersifat subyektif dan tergantung dari cara pandang investor sendiri (Ong, 2008).

Contoh kasus misalkan saham PT International Nickel Indonesia, sekarang VALE Indonesia (INCO) yang dibeli oleh investor A adalah Rp 3.000.-  pada kondisi uptrend. Investor A memiliki batas toleransi jika terjadi kondisi reversal (berbalik arah menjadi downtrend) adalah 5%. Maka jika  harga saham INCO menjadi berkurang 5% atau saat ini menjadi Rp 2.850.-, investor A akan menjual saham tersebut, yaitu menjual pada kondisi rugi.

Sebaliknya jika kondisi saat ini saham INCO turun menjadi Rp 2.900.- investor A tidak akan menjual sahamnya karena belum menyentuh batas toleransi yang ditetapkan. Kemungkinan penurunan itu bersifat sementara (bad signal) untuk kemudian kembali ke harga semula  atau kondisi semula sesuai trend yang sedang terjadi. Dalam menetapkan batas toleransi, investor A perlu juga memperhitungkan riwayat saham INCO berdasarkan grafik pergerakan harga sebelumnya.

Menjual saham dengan kondisi merugi dan dalam batas toleransi yang ditetapkan oleh setiap investor agar kerugian tidak bertambah besar disebut cut-loss.  Jika investor salah arah dalam melakukan pembelian saham (menurut perhitungan naik tetapi pada kenyataannya turun), maka harus siap mengalami kerugian dengan melakukan cut-loss. Kondisi yang dianjurkan bagi investor adalah cut your loss fast, and let your profit run.

Jika kondisi merugi, harus segera ditutup dengan menjual saham tersebut pada batas toleransi yang telah ditetapkan. Sedangkan jika kondisi untung (gain) dijual menurut nilai ekspektasi dari investor tersebut. Misalnya 5%, 10% atau lebih dari harga pembelian. The bottom is limit but the sky is no limit. Kerugian harus dibatasi, sedangkan keuntungan tergantung akseptasi investor. Jika mungkin setinggi-tingginya (Achellis, 2001).


ANGKA PSIKOLOGI

Angka psikologi adalah angka yang terbentuk dari angka-angka  bulat seperti 10, 20, 25, 50, 100, 200, 500, 1,000 dan kelipatannya  yang mencerminkan keadaan psikologi terendah atau tertinggi dari suatu saham (psikologi support atau resistance). Pada angka-angka ini biasanya banyak investor melakukan order pada angka angka psikologi itu (order jual atau beli). Akibatnya akan terbentuk supply dan demand yang sangat besar, sehingga  investor banyak yang gagal mendapatkan order karena harga sudah berubah pada saat terjadi antrian tersebut (Ong, 2008).

Angka psikologi saham Telkom (TLKM) pada harga Rp 7.150 
kemudian menembus angka psikologi tersebut. Angka psikologi 
yang baru pada  harga Rp 7.650. 


Angka psikologi juga dapat dijadikan momentum untuk melakukan aksi pembelian saham. Misalkan saat ini angka psikologi saham PT United Tractor Indonesia (UNTR) adalah Rp 29.000.- selama beberapa hari (resistance kuat). Investor A dapat melakukan aksi pembelian saham UNTR  pada saat harga menembus angka psikologi-nya yaitu pada harga Rp 29.100.- Pasar telah menghargai saham UNTR di atas angka psikologi-nya dan penembusan ini akan berlanjut untuk menguji ke angka psikologi yang baru atau berbalik ke angka psikologi sebelumnya. Jika harga saham UNTR melanjutkan kenaikan menjadi sebesar  Rp 29.400.- maka kondisi ini menjadi angka psikologi yang baru.


Sebaliknya jika harga saham UNTR berbalik ke resistance semula, maka investor A mengalami kerugian. Kerugian harus dibatasi pada level tertentu misalnya 5% dari nilai pembelian (tergantung dari akseptasi investor). Maka jika saham UNTR telah menyentuh harga  Rp 27.600 (dibawah level resistance semula) , investor A telah melakukan aksi jual untuk menghindari kerugian yang lebih besar.



VOLUME

Volume adalah parameter transaksi yang menunjukan jumlah saham yang berpindah tangan pada waktu tertentu dan dapat digunakan sebagai alat ukur intensitas perubahan harga. Volume juga merupakan indikator likuiditas suatu saham. Volume perdagangan besar menunjukan likuiditas suatu saham itu cukup baik sedangkan volume perdagangan kecil menunjukan bahwa saham tersebut kurang likuid (sulit untuk diperdagangkan atau minat investor sangat kecil untuk melakukan pembelian saham tersebut).

Volume yang meningkat diiringi  harga saham yang juga meningkat tidak mencerminkan pembeli lebih banyak dari penjual. Untuk semua volume baik besar atau kecil, jumlah pembeli dan penjual tetap sama.
Pergerakan harga pada suatu trend (uptrend atau downtrend) diikuti dengan volume perdagangan yang besar, maka trend akan berlanjut. Namun jika volumenya menurun, maka trend yang sedang terjadi akan mengalami perubahan arah (reversal). Sedangkan pada kondisi sideway tetapi volume perdangan besar maka sedang terjadi akumulasi (pengumpulan saham) atau distribusi saham / membuang saham (Achellis, 2001).


Saham BORN cenderung sideway tetapi volume transaksi nya cukup besar.
Sumber : Indo Premier Securities


Contohnya adalah saham PT Borneo Lumbung Energi dan Metal (BORN). Harga sahamnya cenderung sideway namun volume transaksinya tetap tinggi. Di sini terlihat ada sebagian investor yang melakukan akumulasi (mengumpulkan) dan di satu pihak melakukan distribusi (membuang saham BORN).



Teori Elliot Wave

Teori Elliot Wave terinspirasi oleh teori Dow dan pengamatan fenomena alam. Pergerakan harga saham dapat diprediksi dengan cara melakukan pengamatan dan identifikasi pengulangan dari pola gelombang. Keadaan psikologi pelaku pasar yang berubah-ubah dari pesimis menjadi optimis atau sebaliknya dapat diterangkan melalui pola yang disebut elliot wave. Psikologi pelaku pasar dapat ditandai berdasarkan trend yang sedang terjadi.


Gambar Gelombang Elliot (Elliot Wave)
Sumber :onlinetradingconcept.com


Teori fundamental Elliot Wave menyatakan bahwa trend pergerakan harga selalu dimulai dengan 5  gelombang yang diikuti oleh 3 gelombang lainnya yang berfluktuasi melawan trend yang sedang terjadi.   Gelombang 1, 3 dan 5 disebut sebagai gelombang impulse sedangkan gelombang 2 dan 4 menggambarkan kondisi pembalikan arah (pullback) dari trend atau dapat disebut sebagai koreksi harga (Labuszewski et al., 2010).



Bilangan Fibonacci

Bilangan Fibonacci pertama kali dipublikasikan oleh Leonardo Pisano Bigolo berkebangsaan Italia. Bilangan Fibonacci adalah merupakan penjumlahan dari urutan sederetan angka . Angka pertama dijumlahkan dengan angka ke dua. Angka kedua dijumlahkan dengan angka ketiga. Angka ketiga dijumlahkan dengan angka keempat dan seterusnya (membentuk deret Fibonacci). Deret Fibonacci adalah 0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377, dan seterusnya. 


Gambar Kurva yang Terbentuk dari Bilangan Fibonacci
Sumber : cnx.org

Kurva Linear yang Terbentuk dari Bilangan Fibonacci
Sumber : matcast.com

Retracement menurut para chartist atau technicalist adalah gambaran persentase penurunan harga saham dari puncak yang paling tinggi ke bagian dasar setelahnya. Fibonacci retracement menggambarkan harga saham akan menuju ke tingkat Fibonacci level (38,2% ; 50%, ; dan 61,8% yang diperoleh melalui perhitungan Fibonaci) sebelum kembali melanjutkan pergerakkannya.

Fibonacci retracement digunakan untuk mengetahui seberapa rendah harga suatu saham sebelum saham tersebut akan memantul kembali untuk melanjutkan trend. Biasanya pada level 50%, nilai Fibonacci retracement kurang berarti, tetapi para pelaku pasar menggunakan level ini karena ada kecenderungan setelah melampaui batas 50% akan berbalik arah. Setelah saham mengalami uptrend, maka saham tersebut akan terkoreksi untuk kemudian melanjutkan trend yang sedang terjadi. Jika kondisi uptrend sangat kuat, koreksi yang terjadi hanya berkisar 23,6%. Namun jika kondisi uptrend tersebut kurang kuat atau mengalami penurunan , koreksi dapat terjadi pada  kisaran 61,8% (Obienugh, 2010).

Pada contoh gambar di bawah ini terlihat bahwa dalam 3 bulan antara bulan Januari sampai dengan Maret 2012 untuk saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) berdasarkan Fibonacci retracement terbagi menjadi  sebagai berikut : 

Persentase
Tingkat Harga (Rupiah)
23,6%
3.370
38.2%
3.464
50,0%
3.538
61,8%
3.611
100%
3.850


Pergerakan harga saham PGAS mengalami fase downtrend pada tanggal 23 Pebruari 2012 dengan harga penutupan Rp 3.600.- setelah mencapai puncaknya pada tanggal 22 Pebruari pada level Rp 3.775.- Menurut kaidah Fibonacci bahwa saham PGAS setelah mencapai puncaknya, kemungkinan besar akan berbalik arah menuju ke level retracement 61,8% yaitu Rp 3.611.- 

Pergerakan saham PGAS mengalami retracement.
Sumber : Indo Premier Securities

Pada level ini ada dua kemungkinan pergerakan  bagi saham PGAS. Jika tidak berhasil  menembus level di bawahnya, harga saham PGAS akan tetap pada level tersebut atau memantul kembali ke atas. Namun jika level ini dapat ditembus, maka kemungkinan besar harga yang terbentuk adalah pada level di bawahnya. 

Terlihat bahwa saham PGAS mengalami penembusan yaitu pada level Fibonacci retracement 50% (Rp 3.537) untuk kemudian menuju level di bawahnya  yaitu level 38,20% (Rp 3.464) pada tanggal 27 Pebruari 2012. Pada tanggal 28 Pebruari 2012, saham PGAS berbalik arah setelah menyentuh batas 38,20% menjadi uptrend.


Dilanjutkan ke Site Berikutnya
Klik di sini







No comments:

Post a Comment