Total Pageviews
Analisis Teknikal
Trading as a journey .... even you loose !
Trend is our friend, don't ever fight the trend !
Chart & Running Trade di Layar BEI Sumber : IPOT |
Analisis teknikal adalah suatu metode analisis secara statistik untuk menilai suatu saham, mata uang, sekuritas, atau komoditi seperti minyak, hasil tambang, hasil pertanian dan sebagainya berdasarkan data yang berupa pergerakan harga (pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan) di masa lampau. Data ini yang kemudian digunakan untuk memprediksi harga di masa datang (Ong, 2008).
Menurut Achelis (2001) analisis teknikal adalah studi mengenai harga masa
lalu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik (better investment) di masa
depan dengan menggunakan grafik sebagai alat bantunya.
Berbeda dengan analisis fundamental yang melakukan penilaian berdasarkan
analisis data-data internal dari perusahaan emiten seperti laporan keuangan,
atau data eksternal yang mempengaruhinya (keadaan makro ekonomi atau
kebijakan-kebijakan ekternal) pada waktu tertentu (Gumanti, 2011). Sedangkan menurut Achelis (2001), suatu
analisis fundamental adalah proses penentuan harga (dalam hal ini saham)
berdasarkan prediksi pendapatan di masa datang (future earning).
Analisis teknikal melakukan perhatian terhadap pergerakkan harga dari waktu
ke waktu (jam, harian, mingguan, bulanan atau tahunan) yang biasanya
ditampilkan dalam bentuk grafik (chart) sehingga orang yang melakukan
analisis ini sering disebut technicalist atau chartist (Ong,
2008).
Jenis grafik yang secara umum sering digunakan para technicalist adalah,
grafik batang (bar chart), dan grafik garis (line chart) grafik
lilin (candle chart atau sering disebut candle stick). Untuk yang berwarna hijau menunjukan bahwa harga penutupan saham saat ini lebih tinggi dibanding harga penutupan sebelumnya (istilahnya saham sedang naik). Warna merah menunjukkan harga penutupan saat ini lebih rendah dari harga penutupan sebelumnya (saham sedang turun). Warna kuning (berbentuk salib sumbu) menunjukan harga penutupan sebelumnya sama dengan harga penutupan saat ini. Warna kuning indikasi bahwa harga saham akan berbalik arah.
Candle Stick Chart . Sumber IPOT |
Dalam melakukan investasi di pasar modal, perlu adanya pembedaan yang mendasar antara pelaku pasar yaitu trader dan investor. Perbedaan mendasar bagi keduannya adalah waktu yang dibutuhkan saat mulai melakukan investasi sampai dengan batas akhir atau biasa disebut time horizon. Batas mulai investasi sampai dengan batas akhir inilah yang dijadikan sebagai dasar perhitungan atau evaluasi dari pencapaian hasil. Time horizon dari masing-masing merupakan waktu penentuan yang sifatnya subyektif bagi trader atau investor
Disebut trader jika time horizon
yang digunakan adalah jangka pendek. Bisa dalam jangka waktu 24 jam saja dalam
melakukan proses jual beli untuk menghasilkan pendapatan. Bisa dalam beberapa
hari, beberapa minggu atau beberapa bulan.
Sedangkan investor memerlukan jangka waktu yang lebih lama dalam
berinvestasi. Minimal adalah satu tahun
atau bahkan sampai lebih dari sepuluh tahun (Banjoko, 2011).
Time horizon yang biasanya digunakan oleh trader atau investor
adalah jangka pendek (short term), jangka menengah (medium term)
atau jangka panjang (long term). Jangka pendek, waktu yang digunakan
dalam berinvestasi adalah maksimal tiga minggu. Untuk jangka menengah waktu
yang digunakan adalah lebih dari tiga minggu sampai paling lama satu tahun.
Sedangkan jangka panjang, waktu yang digunakan adalah lebih dari satu tahun (Ong,
2008).
Darmawan (2010) dalam buku "Investor Sibuk" membuat perbedaan trader dan investor menjadi bagian
seperti yang tertera pada tabel berikut di bawah ini :
Parameter
|
Momentum Trader
|
Growth Investor
|
Value Investor
|
Sifat
|
Risk Taker
|
Risk Tolerance
|
Risk Averse
|
Fokus
|
Harga Sesaat
|
Kinerja Perusahaan
|
Aset Perusahaan
|
Petunjuk
|
Harga Sesaat
|
Laba Rugi
|
Neraca & Laba
Rugi
|
Tren
|
Short Term
|
Medium term
|
Long Term
|
Analisis
|
Technical
|
Technical &
Fundamental
|
Fundamental
|
Periode
|
Menit – harian
|
Bulanan
|
Tahunan
|
Aktivitas
|
Sering
(menit-harian)
|
Sedikit (bulanan)
|
Sedikit (tahunan)
|
Sasaran
|
Penghasilan
|
Medium Approach
|
Long term approach
|
Monitoring
|
Sangat aktif
|
Tidak terlalu aktif
|
Pasif
|
Harga
yang dimonitor
|
Real Time
|
Delay Time
|
Delay Time
|
Order
|
Real Time (penting)
|
Real time (tidak penting)
|
Real time (tidak penting)
|
ANALISIS TREND dan SIKLUS PASAR
Harga yang terbentuk dalam kurun waktu tertentu dapat membuat suatu pola
atau arah yang biasa disebut trend. Menurut teori Dow (Dow Theory)
bahwa trend dapat dibagi menjadi tiga yaitu uptrend, down trend,
dan side way.
Uptrend yaitu kondisi
dimana harga cenderung menunjukan kenaikan dari harga sebelumnya. Meskipun diselingi oleh penurunan harga atau
koreksi, namun secara garis besar arahnya menuju tingkat yang lebih tinggi.
Gambar Kondisi Uptrend. Grafik ke arah atas . Sumber : forextechnicalchartist.com |
Down trend yaitu kondisi dimana harga cenderung menunjukan
penurunan dari harga sebelumnya.
Meskipun diselingi oleh kenaikan harga, namun secara garis besar arahnya
menuju tingkat yang lebih rendah.
Sideway yaitu kondisi dimana harga cenderung menunjukan
nilai yang konstan atau stabil pada
kurun waktu tertentu. Meskipun diselingi
oleh kenaikan atau penurunan harga, namun secara garis besar arahnya tidak
menunjukan kecenderungan naik atau turun (Achellis, 2001)
“Trend is our friend and never fight the trend”. Trend adalah merupakan salah satu faktor
kunci dalam berinvestasi di pasar modal.
Identifikasi trend sangat penting dalam membantu investor untuk memilih saham
apa yang akan dibeli (berdasarkan data uptrend) dan kapan
saham tersebut dibeli atau dijual. Saham akan dibeli oleh investor ketika
menunjukan keadaan uptrend . Dibeli dengan harga rendah untuk kemudian
dijual dengan harga tinggi atau dibeli dengan harga tinggi dan dijual dengan
harga lebih tinggi.
Untuk pasar modal di Indonesia,
pihak otoritas bursa seperti Bapepam melarang kondisi short selling.
Yaitu kondisi dimana investor dapat melakukan penjualan saham tertentu pada
harga tinggi tanpa harus memiliki saham tersebut untuk kemudian membelinya pada
saat harga rendah dalam hari yang sama. Untuk negara-negara seperti Amerika
atau HongKong , kondisi short selling adalah hal biasa dan dibolehkan. Dengan
demikian identifikasi downtrend juga digunakan dasar
untuk melakukan pembelian dan penjualan dengan metode short selling
(Achellis, 2001).
Menggambar garis trend, jika pada kondisi uptrend maka garis
yang dibuat dengan cara menghubungkan titik harga terendah pada bagian lembah
yang terbentuk. Untuk kondisi downtrend, menghubungkan titik harga
tertinggi pada bagian puncak yang terbentuk. Sedangkan kondisi sideway,
maka garis yang dibuat dengan menghubungkan titik harga tertinggi pada puncak
dan titik harga terendah pada lembah. Penggambaran garis trend seperti pada
gambar di atas.
Siklus pasar tampak
seperti gambar di bawah ini adalah suatu kondisi pergerakan harga yang dimulai awal
(harga terendah) hingga akhir (harga tertinggi) untuk kemudian kembali ke harga
semula (harga terendah) pada rentang waktu tertentu. Pasar akan mengalami suatu
siklus. Yang menyebabkan harga terendah atau tertinggi adalah berasal dari supply
dan demand para pelaku pasar. Dalam pasar modal, siklus terbagi menjadi
empat bagian yang diterangkan dalam gambar dan tabel berikut di bawah ini
(Darmawan, 2010) :
Bagian
|
Kondisi
|
Bagian 1
|
Keadaan dimana
siklus mulai berbalik arah menuju bullish, biasanya kondisi ini telah
dimanfaatkan oleh para manajer investasi untuk melakukan pembelian atau
perusahaan sekuritas dengan kapitalisasi yang besar. Investor lain masih
belum mengetahui keadaan ini.
|
Bagian 2
|
Keadaan dimana harga mulai naik, saat yang tepat untuk
melakukan pembelian.
|
Bagian 3
|
Kadaan dimana harga
mulai mengalami stagnasi dan ketidakpastian. Harga mau dibawa ke mana. Bisa
naik atau bisa turun. Namun banyak juga investor yang baru melakukan
pembelian pada bagian ini dengan harapan harga akan naik lagi. Sedangkan
sebagian investor, bagian ini adalah saat yang tepat untuk melakukan “take
profit” atau “profit protection”.
|
Bagian 4
|
Keadaan masa penurunan atau masa-masa tekanan jual
lebih tinggi daripada pembelian.
|
Pada gambar di bawah ini terlihat
bahwa siklus terjadi Bursa Efek Indonesia pada rentang November 2009 – Februari
2010 dimana grafik dari pergerakan harga saham pertambangan mengalami kenaikan
dan kembali menurun ke harga semula.
Jika dilihat dari grafik yang terjadi pada gambar di bawah ini, pola dari pergerakan harga saham PT Perusahaan
Gas Negara (PGAS) yang termasuk salah satu perusahaan pertambangan mengalami
siklus sama seperti pergerakan harga saham pertambangan. Siklus ini akan selalu
berulang dan harga yang terbentuk adalah hasil dari persepsi para investor yang
juga berulang setiap waktu.
GARIS SUPPORT DAN RESISTANCE
Garis support adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga akan
naik (garis batas bawah). Pada garis ini terdapat keadaan dimana permintaan
lebih besar dari penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan naik.
Garis resistance adalah garis dimana terdapat kecenderungan harga
akan turun (garis batas atas). Pada garis ini terdapat keadaan dimana
permintaan lebih kecil dari penawaran dan akan menyebabkan harga cenderung akan
turun (Achellis, 2001).
Gambar Support dan Resistance Level Sumber : tradeforecast.biz |
Gambar di atas merupakan cerminan dari psikologi para investor,
yaitu suatu keadaan dimana investor
melakukan pembelian, penjualan, atau tidak melakukan transaksi sama sekali.
Psikologi investor yang diliputi perasaan takut (fear) atau serakah (greed)
dalam melakukan transaksi dengan sendirinya akan membentuk supply dan demand.
Rasa takut timbul sebagai akibat pemilihan suatu
saham yang harganya kemudian turun dan
menderita kerugian. Pada keadaan ini investor berharap saham dapat kembali ke
keadaan semula. Sedangkan rasa serakah timbul sebagai akibat melakukan
pembelian atau penjualan saham yang nilai keuntungannya dianggap kurang sesuai
dengan harapan. Membeli kurang banyak pada saat saham yang dibeli mengalami kenaikan atau menjual
pada harga yang tidak terlalu tinggi dimana saham tersebut naik pada level yang
lebih tinggi. Semakin tinggi volatilitas suatu saham atau dalam hal ini pasar ,
maka akan tinggi pula perasaan takut dan serakah dan semakin kuat pula tingkat resistance
dan support-nya.
Bila garis support dapat ditembus oleh
pergerakan harga , secara otomatis garis support tersebut menjadi garis resistance.
Bila garis resistance dapat ditembus oleh pergerakan harga, maka garis
tersebut akan berubah menjadi garis support (Ong, 2008).
Pullback
Pullback adalah
kondisi pada saat harga kembali ke level support atau resistance
yang pernah ditembus yang kemudian melanjutkan trend yang sedang
berlangsung (C ke D kemudian ke F) pada gambar dibawah ini . Ini adalah berakhirnya trend jangka
pendek pada trend jangka panjang (Brooks, 2012).
Gambar Kondisi Pullback Sumber : www.mta.org |
Pada gambar di atas di sebelah kiri terlihat bahwa pullback terjadi
menuju garis support yang
kemudian berbalik kembali melanjutkan trend (bullish) yang sedang
terjadi. Sedangkan pada bagian kanan
terlihat bahwa pullback terjadi menuju garis resistance
yang kemudian berbalik kembali melanjutkan trend (bearish) yang
sedang terjadi.
Kondisi bearish adalah suatu kondisi dimana keadaan suatu pasar yang
cenderung menurun. Asal katanya adalah bear (beruang) yang sedang
mencakarkan kukunya ke arah bawah. Sebaliknya, kondisi bullish adalah
suatu kondisi dimana keadaan suatu pasar yang cenderung naik secara terus
menerus. Asal katanya adalah bull (banteng) yang sedang mengayunkan tanduknya ke atas (Little,
2011).
Gambar Saham INCO terjadi Pullback, Kemudian Melanjutkan Trend-nya Sumber : IPOT |
BATAS TOLERANSI
Batas toleransi adalah batas yang diperbolehkan sebelum
pergerakan harga yang melewati suatu garis dinyatakan sebagai penembusan yang
sah dan merupakan tolok ukur garis tersebut sebagai valid break atau
bukan. Batas toleransi ini
digunakan untuk meredam sinyal palsu (bad signal) atau whipsaws.
Batas toleransi bersifat subyektif dan tergantung dari cara pandang investor
sendiri (Ong, 2008).
Contoh kasus misalkan saham PT International
Nickel Indonesia, sekarang VALE Indonesia (INCO) yang dibeli oleh investor A adalah Rp 3.000.- pada kondisi uptrend. Investor A
memiliki batas toleransi jika terjadi kondisi reversal (berbalik arah
menjadi downtrend) adalah 5%. Maka jika
harga saham INCO menjadi berkurang 5% atau saat ini menjadi Rp 2.850.-,
investor A akan menjual saham tersebut, yaitu menjual pada kondisi rugi.
Sebaliknya jika kondisi saat ini saham INCO turun
menjadi Rp 2.900.- investor A tidak akan menjual sahamnya karena belum
menyentuh batas toleransi yang ditetapkan. Kemungkinan penurunan itu bersifat
sementara (bad signal) untuk kemudian kembali ke harga semula atau kondisi semula sesuai trend yang
sedang terjadi. Dalam menetapkan batas toleransi, investor A perlu juga
memperhitungkan riwayat saham INCO berdasarkan grafik pergerakan harga
sebelumnya.
Menjual saham dengan kondisi merugi dan dalam
batas toleransi yang ditetapkan oleh setiap investor agar kerugian tidak
bertambah besar disebut cut-loss. Jika investor salah arah dalam melakukan
pembelian saham (menurut perhitungan naik tetapi pada kenyataannya turun), maka
harus siap mengalami kerugian dengan melakukan cut-loss. Kondisi yang
dianjurkan bagi investor adalah cut your loss fast, and let your profit run.
Jika kondisi merugi, harus segera ditutup dengan
menjual saham tersebut pada batas toleransi yang telah ditetapkan. Sedangkan
jika kondisi untung (gain) dijual menurut nilai ekspektasi dari investor
tersebut. Misalnya 5%, 10% atau lebih dari harga pembelian. The bottom
is limit but the sky is no limit. Kerugian harus dibatasi, sedangkan
keuntungan tergantung akseptasi investor. Jika mungkin setinggi-tingginya
(Achellis, 2001).
ANGKA PSIKOLOGI
Angka psikologi
adalah angka yang terbentuk dari angka-angka
bulat seperti 10, 20, 25, 50, 100, 200, 500, 1,000 dan kelipatannya yang mencerminkan keadaan psikologi terendah
atau tertinggi dari suatu saham (psikologi support atau resistance). Pada angka-angka
ini biasanya banyak investor melakukan order pada angka angka psikologi itu
(order jual atau beli). Akibatnya akan terbentuk supply dan demand
yang sangat besar, sehingga investor
banyak yang gagal mendapatkan order karena harga sudah berubah pada saat
terjadi antrian tersebut (Ong, 2008).
Angka
psikologi saham Telkom (TLKM) pada harga Rp 7.150
kemudian menembus angka
psikologi tersebut. Angka psikologi
yang baru pada harga Rp 7.650.
|
Angka psikologi juga dapat dijadikan momentum untuk melakukan aksi
pembelian saham. Misalkan saat ini angka psikologi saham PT United Tractor
Indonesia (UNTR) adalah Rp 29.000.- selama beberapa hari (resistance kuat).
Investor A dapat melakukan aksi pembelian saham UNTR pada saat harga menembus angka psikologi-nya
yaitu pada harga Rp 29.100.-
Pasar telah menghargai saham UNTR di atas angka psikologi-nya dan penembusan
ini akan berlanjut untuk menguji ke angka psikologi yang baru atau berbalik ke
angka psikologi sebelumnya. Jika harga saham UNTR melanjutkan kenaikan menjadi
sebesar Rp 29.400.- maka kondisi ini
menjadi angka psikologi yang baru.
Sebaliknya jika harga saham UNTR berbalik ke resistance
semula, maka investor A mengalami kerugian. Kerugian harus dibatasi pada level
tertentu misalnya 5% dari nilai pembelian (tergantung dari akseptasi investor).
Maka jika saham UNTR telah menyentuh harga
Rp 27.600 (dibawah level resistance semula) , investor A telah
melakukan aksi jual untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
VOLUME
Volume adalah parameter transaksi yang
menunjukan jumlah saham yang berpindah tangan pada waktu tertentu dan dapat
digunakan sebagai alat ukur intensitas perubahan harga. Volume juga merupakan
indikator likuiditas suatu saham. Volume perdagangan besar menunjukan
likuiditas suatu saham itu cukup baik sedangkan volume perdagangan kecil
menunjukan bahwa saham tersebut kurang likuid (sulit untuk diperdagangkan atau
minat investor sangat kecil untuk melakukan pembelian saham tersebut).
Volume yang meningkat diiringi harga saham yang juga meningkat tidak
mencerminkan pembeli lebih banyak dari penjual. Untuk semua volume baik besar
atau kecil, jumlah pembeli dan penjual tetap sama.
Pergerakan harga pada suatu trend (uptrend
atau downtrend) diikuti dengan volume perdagangan yang besar, maka trend
akan berlanjut. Namun jika volumenya menurun, maka trend yang sedang
terjadi akan mengalami perubahan arah (reversal). Sedangkan pada kondisi
sideway tetapi volume perdangan besar maka sedang terjadi akumulasi
(pengumpulan saham) atau distribusi saham / membuang saham (Achellis, 2001).
Saham BORN cenderung
sideway tetapi volume transaksi nya cukup besar.
Sumber : Indo Premier Securities
|
Contohnya adalah saham PT Borneo Lumbung
Energi dan Metal (BORN). Harga sahamnya cenderung sideway namun volume
transaksinya tetap tinggi. Di sini terlihat ada sebagian investor yang melakukan
akumulasi (mengumpulkan) dan di satu pihak melakukan distribusi (membuang saham
BORN).
Teori fundamental Elliot Wave menyatakan bahwa trend pergerakan harga selalu dimulai dengan 5 gelombang yang diikuti oleh 3 gelombang lainnya yang berfluktuasi melawan trend yang sedang terjadi. Gelombang 1, 3 dan 5 disebut sebagai gelombang impulse sedangkan gelombang 2 dan 4 menggambarkan kondisi pembalikan arah (pullback) dari trend atau dapat disebut sebagai koreksi harga (Labuszewski et al., 2010).
Teori Elliot Wave
Teori Elliot Wave terinspirasi oleh teori Dow dan pengamatan fenomena alam.
Pergerakan harga saham dapat diprediksi dengan cara melakukan pengamatan dan
identifikasi pengulangan dari pola gelombang. Keadaan psikologi pelaku pasar
yang berubah-ubah dari pesimis menjadi optimis atau sebaliknya dapat
diterangkan melalui pola yang disebut elliot wave. Psikologi pelaku pasar dapat
ditandai berdasarkan trend yang sedang terjadi.
Gambar Gelombang Elliot (Elliot Wave) Sumber :onlinetradingconcept.com |
Teori fundamental Elliot Wave menyatakan bahwa trend pergerakan harga selalu dimulai dengan 5 gelombang yang diikuti oleh 3 gelombang lainnya yang berfluktuasi melawan trend yang sedang terjadi. Gelombang 1, 3 dan 5 disebut sebagai gelombang impulse sedangkan gelombang 2 dan 4 menggambarkan kondisi pembalikan arah (pullback) dari trend atau dapat disebut sebagai koreksi harga (Labuszewski et al., 2010).
Bilangan Fibonacci
Bilangan Fibonacci pertama kali dipublikasikan
oleh Leonardo Pisano Bigolo berkebangsaan Italia. Bilangan Fibonacci adalah
merupakan penjumlahan dari urutan sederetan angka . Angka pertama dijumlahkan
dengan angka ke dua. Angka kedua dijumlahkan dengan angka ketiga. Angka ketiga
dijumlahkan dengan angka keempat dan seterusnya (membentuk deret Fibonacci).
Deret Fibonacci adalah 0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377, dan
seterusnya.
Gambar Kurva yang Terbentuk dari Bilangan Fibonacci Sumber : cnx.org |
Kurva Linear yang Terbentuk dari Bilangan Fibonacci Sumber : matcast.com |
Retracement menurut para chartist atau technicalist
adalah gambaran persentase penurunan harga saham dari puncak yang paling tinggi
ke bagian dasar setelahnya. Fibonacci retracement menggambarkan harga
saham akan menuju ke tingkat Fibonacci level (38,2% ; 50%, ; dan 61,8% yang
diperoleh melalui perhitungan Fibonaci) sebelum kembali melanjutkan pergerakkannya.
Fibonacci retracement digunakan untuk
mengetahui seberapa rendah harga suatu saham sebelum saham tersebut akan
memantul kembali untuk melanjutkan trend. Biasanya pada level 50%, nilai
Fibonacci retracement kurang berarti, tetapi para pelaku pasar
menggunakan level ini karena ada kecenderungan setelah melampaui batas 50% akan
berbalik arah. Setelah saham mengalami uptrend, maka saham tersebut akan
terkoreksi untuk kemudian melanjutkan trend yang sedang terjadi. Jika kondisi uptrend
sangat kuat, koreksi yang terjadi hanya berkisar 23,6%. Namun jika kondisi uptrend
tersebut kurang kuat atau mengalami penurunan , koreksi dapat terjadi pada kisaran 61,8% (Obienugh, 2010).
Pada contoh gambar di bawah ini terlihat bahwa dalam 3
bulan antara bulan Januari sampai dengan Maret 2012 untuk saham PT Perusahaan
Gas Negara (PGAS) berdasarkan Fibonacci retracement terbagi menjadi sebagai berikut :
Persentase
|
Tingkat Harga (Rupiah)
|
23,6%
|
3.370
|
38.2%
|
3.464
|
50,0%
|
3.538
|
61,8%
|
3.611
|
100%
|
3.850
|
Pergerakan harga saham PGAS mengalami fase
downtrend pada tanggal 23 Pebruari 2012 dengan harga penutupan Rp 3.600.-
setelah mencapai puncaknya pada tanggal 22 Pebruari pada level Rp 3.775.-
Menurut kaidah Fibonacci bahwa saham PGAS setelah mencapai puncaknya,
kemungkinan besar akan berbalik arah menuju ke level retracement 61,8%
yaitu Rp 3.611.-
Pada level ini ada dua kemungkinan
pergerakan bagi saham PGAS. Jika tidak
berhasil menembus level di bawahnya,
harga saham PGAS akan tetap pada level tersebut atau memantul kembali ke atas.
Namun jika level ini dapat ditembus, maka kemungkinan besar harga yang
terbentuk adalah pada level di bawahnya.
Terlihat bahwa saham PGAS mengalami
penembusan yaitu pada level Fibonacci retracement 50% (Rp 3.537) untuk
kemudian menuju level di bawahnya yaitu
level 38,20% (Rp 3.464) pada tanggal 27 Pebruari 2012. Pada tanggal 28 Pebruari
2012, saham PGAS berbalik arah setelah menyentuh batas 38,20% menjadi uptrend.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment