Total Pageviews
Pengantar Investasi di Pasar Modal
Bodie et al. (2011) menjelaskan bahwa investasi adalah suatu komitmen yang dilakukan terhadap sejumlah aset seperti uang atau aset lain yang diharapkan memberi manfaat di masa depan. Sedangkan menurut Gumanti (2011) bahwa investasi dapat diartikan melakukan penundaan konsumsi hari ini untuk memperoleh tingkat konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang.
Investasi dapat dilakukan pada sektor riil (atau
disebut investasi langsung) dan sektor keuangan (investasi tidak langsung).
Sektor riil adalah investasi yang dilakukan pada aset seperti gedung,
perumahan, tanah, mesin dan alat berat, atau bidang pengetahuan yang dapat
digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa di masa datang. Sedangkan pada
sektor keuangan, investasi dapat dilakukan dengan cara kepemilikan, keikutsertaan atau klaim
terhadap suatu entitas ekonomi dan tertera dalam surat berharga seperti saham,
obligasi, atau surat berharga lainnya. Contohnya adalah jika ingin memiliki
perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal seperti PT Fast Food Indonesia
maka cukup dilakukan dengan membeli saham perusahaan tersebut tanpa harus
melakukan pembelian aset seperti tanah, gedung, mesin dan sebagainya atau
bahkan membuka restoran dan menjadi salah satu agennya. Pembelian saham
tersebut dilakukan di pasar modal dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Investasi pada sektor riil (real asset) menggambarkan
kesejahteraan dan kemajuan sebuah ekonomi suatu negara sedangkan investasi pada
sektor keuangan (financial asset) menggambarkan klaim suatu entitas
terhadap sektor riil tersebut. Pasar
dalam bidang keuangan atau pasar modal sangat berperan sebagai sentral dalam
hal alokasi sumber daya modal. Para investor yang melakukan investasi di pasar
modal dapat memutuskan perusahaan mana yang dapat dilakukan investasi atau mana
yang kurang baik untuk berinvestasi. Jika mempunyai prospek yang lebih baik di
masa datang dalam hal profit atau kelangsungan usaha, investor dapat melakukan
pembelian saham perusahaan tersebut
(Bodie et al., 2011).
Gambar : Suasana di Lantai Bursa Sumber : henleymalta.com |
Teknologi yang
sedemikian maju seperti saat ini sangat memungkinkan
untuk dapat melakukan akses informasi dan eksekusi secara cepat. Misalnya saja
belanja mengenai barang, komoditas atau bahkan instrumen keuangan seperti saham
dan obligasi. Semua itu dapat dilakukan secara on-line. Pembelian
saham-saham yang kita inginkan untuk berinvestasi dapat dilakukan secara mudah
karena sistem yang telah dapat diakses secara on-line ke pasar modal
seperti Bursa Efek Indonesia (Vibby, 2011)
Dilanjutkan ke site berikutnya .......
Klik disini !
Menurut catatan PT Bursa Efek Indonesia, hingga tahun 2011 telah terdaftar
kurang lebih 350 ribu investor domestik. Namun jumlah ini masih terlalu sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang totalnya mencapai 240 juta jiwa, atau hanya
berkisar 0,15% saja. Investor domestik tersebut berjumlah 32% dari total
investor di pasar modal Indonesia selain investor asing yang jumlahnya mencapai 68% (http://www.fajar.co.id/read-20111129005250-kapitalisasi-bursa-kejar-gdp;
akses tanggal 26 Mei 2012).
Investasi di pasar modal termasuk menjadi salah
satu pilihan investor karena alasan-alasan sebagai berikut (Darmawan, 2010) :
a. Sangat mudah dilakukan. Untuk zaman dengan kemudahan melakukan
akses internet (on line) seperti sekarang ini, maka proses jual
beli saham di pasar modal sangatlah mudah. Pembelian dilakukan langsung tanpa
harus menghubungi pialang (broker) terlebih dahulu. Ketika pasar modal
pertama kali dibentuk dan terjadi transaksi , mekanisme jual beli dilakukan
lewat telpon. Dapat dibayangkan betapa rumitnya proses jual beli tersebut.
Seorang pialang diharapkan melayani beberapa investor yang menuntut
pemesanannya segera dilakukan.
b. Pendapatan pasif.
Adanya pendapatan pasif (pasive income) berupa dividen yang dapat
diberikan oleh emiten (perusahaan yang mengeluarkan saham). Biasanya dividen
diberikan setiap setahun sekali. Hal ini adalah bukti pembagian keuntungan yang
diberikan emiten karena investor telah memberikan kontribusi berupa
keikutsertaan dengan melakukan pembelian sahamnya. Dividen yang diberikan dapat
berupa sejumlah uang yang merupakan persentase dari nilai saham atau berupa
dividen saham. Dividen saham yaitu emiten memberikan beberapa lembar saham yang
berarti menambah kepemilikan saham pada perusahan tersebut.
c. Keuntungan dari selisih penjualan dan pembelian (Capital Gain). Sesuatu yang sangat diharapkan oleh
investor ketika melakukan investasi di pasar modal adalah capital gain.
Membeli pada harga rendah dan menjualnya dengan harga yang tinggi, atau membeli
dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi (buy low
sell high , buy high sell higher). Ditambah lagi dengan keuntungan bunga
berbunga dari dana yang ditempatkan oleh investor (compound of interest).
Jika investor melakukan investasi dalam instrumen pasar uang seperti deposito
atau tabungan, tingkat bunga yang dihasilkan dalam satu tahun sangat sedikit.
Untuk bulan Maret 2012, tingkat bunga deposito maksimum yang dijamin oleh
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah 5,5% per tahun. Maka seorang investor yang
menempatkan dananya di deposito, setiap tahun akan menerima 5,5% dari dana yang
ditempatkan. Jika investor menempatkan dana Rp 100.000.000.- maka dalam satu
tahun dananya akan menjadi Rp
105.500.000.- Jika dananya ditempatkan di pasar modal, misalkan dengan
pendapatan tahunan (annual return) sebesar 20% maka dana yang
ditempatkan menjadi Rp 120.000.000.- Ditambah dengan kekuatan bunga berbunga
dalam tiga tahun maka dana yang ditempatkan akan menjadi Rp 172.800.000.-
d. Faktor Likuiditas.
Investasi di pasar modal adalah cukup
likuid. Maksudnya jika investor ingin merubah sahamnya menjadi dana tunai dapat
dilakukan dengan segera. Hanya dengan melakukan perintah penjualan atau
pembelian secara on line, maka saham yang dimiliki investor akan
dikonversi menjadi dana tunai atau sebaliknya. Berlaku untuk saham dengan kapitalisai besar dan volume
penjualan cukup besar pula, dan bukan saham dengan kapitalisasi rendah dan
diperdagangkan dengan volume sedikit.
e. Kontrol mudah dilakukan. Melakukan kontrol terhadap saham yang dimiliki oleh investor cukup dengan
melakukan pengamatan di pasar modal secara on-line. Investor dapat
melakukan perintah pembelian atau penjualan menurut keperluan. Misalnya jika
setelah melakukan pembelian saham, namun kondisi pasar kurang mendukung maka
investor dapat melakukan perintah “stop loss” terhadap saham yang
dimilikinya. Yaitu melakukan penjualan pada batas toleransi kerugian yang dapat
diterima oleh investor.
f. Bersifat fleksibel.
Untuk investor perorangan, fleksibilitas adalah dengan kemudahan menempatkan investasi pada saham yang
diinginkan. Tanpa ada beban dari pihak lain. Investasi dilakukan menurut cara
pandang atau strategi investor sendiri. Berbeda dengan para manajer investasi
yang selalu dituntut agar berinvestasi dalam jangka waktu terbatas dan harus
mendapatkan return yang tinggi. Kemudian juga, melakukan pembelian atau
penjualan saham dapat dilakukan sebagian-sebagian. Dapat dibayangkan jika
melakukan investasi di bidang properti seperti perumahan atau apartemen, tidak
mungkin melakukan pembelian atau penjualan dengan hanya sebagian-sebagian saja.
g. Perlindungan terhadap nilai uang. Jika melakukan investasi di pasar modal maka investor telah melindungi
asetnya (dana) dari inflasi yang akan menurunkan nilai uang itu sendiri. Dengan
perolehan pendapatan baik berupa capital gain atau dividen, maka seorang
investor telah melakukan nilai lindung aset terhadap inflasi.
Jumlah investor dan emiten di pasar modal
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan kapitalisasi, terakhir
tercatat pada akhir tahun 2011 adalah berjumlah Rp 3.524 trilyun. Naik dari
tahun sebelumnya yang besarnya kurang lebih berjumlah Rp 3.247 trilyun pada
tahun 2010 . Sampai dengan tahun 2015 Bursa Efek Indonesia menargetkan
kapitalisasi sebesar USD 7.500 milyar Kemudian indeks juga mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berikut adalah grafik indeks
penutupan di Bursa Efek Jakarta (Composite Index) pada periode tahun
2009-2011 pada gambar 1.1. di
bawah ini
Grafik Indeks penutupan di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2011.
Sumber : Indo
Premier Securities (IPOT)
|
Pada buku-buku referensi yang memberikan pengetahuan
mengenai pasar modal, diperoleh data
bahwa tujuh dari sepuluh investor adalah merugi, dua dari sepuluh investor
adalah balik modal dan hanya satu dari sepuluh investor tersebut adalah sebagai
pemenang. Dalam berinvestasi di pasar modal, 10%-15% saja investor yang
berhasil sedangkan 85%-90% adalah gagal atau bangkrut (May, 2011)
Investasi di pasar modal mempunyai keuntungan yang
cukup tinggi dilihat dari imbal hasil hasil yang diberikan namun risiko yang
melingkupinya juga sangat tinggi (high risk high return). Investor
memiliki potensi meraih keuntungan yang jauh lebih besar dari pendapatan bunga
deposito atau tabungan dan melindungi dana tersebut dari penurunan akibat
adanya inflasi.
Dalam melakukan analisis penilaian terhadap suatu
saham, terdapat dua metode yang digunakan. Analisis yang sudah dikenal dalam
dunia pasar modal adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
fundamental melakukan penilaian saham berdasarkan data-data internal atau
keadaan yang melingkupi suatu perusahaan seperti laporan keuangan, kondisi
mikro dan makro ekonomi, atau trend dari komoditi maupun jasa yang
dihasilkan. Analisis teknikal melakukan penilaian berdasarkan data masa lalu
dari pergerakan harga saham perusahaan tersebut.
Beberapa alat bantu (tools) berupa
indikator analisis teknikal digunakan oleh para investor untuk memperoleh imbal
hasil (return) yang optimum. Yang dimaksud imbal hasil di sini adalah capital
gain, dimana para investor melakukan transaksi jual beli untuk mendapatkan
keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual. Jika harga beli lebih rendah
dari harga jual, maka dapat dikatakan bahwa keadaan tersebut adalah untung atau
sebaliknya, jika harga pembelian saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga
belinya, maka dapat dikatakan bahwa investor tesebut rugi. Beli di harga yang
rendah, jual di harga yang tinggi atau beli diharga tinggi, jual di harga yang
lebih tinggi (Darmawan, 2010).
Beberapa fakta mengenai analisis teknikal :
Twibell et al. (2005) telah melakukan penelitian
terhadap teknikal analisis dan menghasilkan beberapa fakta-fakta sebagai
berikut :
- -Teknik ini
kurang dapat diterima oleh para pelaku pasar, namun secara pembuktian
teknik ini sangat bernilai dalam melakukan prediksi pergerakan harga di
masa datang. Analisis teknikal
dipercaya karena harga yang terbentuk bukan secara acak namun lebih dapat
diprediksi berdasarkan trend dan pola yang terbentuk dari waktu ke
waktu.
- -Analisis
teknikal mulai ditawarkan sebagai mata kuliah yang dapat diambil pada
pengajaran pada 20 sekolah bisnis
atau bahkan lebih dari itu. Massachusett Institute of Technology (MIT)
adalah salah satu institusi yang menggunakan analisis teknikal untuk
memprediksi pergerakan harga di masa datang. David Powel advisor
pada Raleigh NC menyatakan bahwa
analisis teknikal sudah merupakan penggabungan dari keadaan masa lalu,
memiliki pola tertentu dan merupakan gambaran psikologi pelaku pasar yang
selalu berulang dan hal ini sangat tepat dijadikan alat untuk memprediksi
trend dan kontrol terhadap risiko.
- -Analisis
teknikal sangat membantu melindungi dari kejatuhan pasar pada tahun 1987
dan tahun 2000. Selama 20 tahun digunakan dalam melakukan kontrol terhadap
risiko dan perlindungan aset saat berinvestasi.
- -Analisis
teknikal 90% diterima oleh para trader valas dalam memberikan arah
bagi para trader tersebut saat bertransaksi.
- -Analisis
teknikal tidak dapat memberi keterangan mengenai “value” suatu
saham namun merupakan alat substitusi dalam melakukan pengambilan
keputusan dan memberikan informasi “keadaan apa yang sedang terjadi di
pasar”. Analisis teknikal akan memberitahu keadaan pasar meskipun
informasi yang diterima oleh para pelaku pasar belum sepenuhnya didapatkan
(behind the scene information) .
Xavier et all (2010) menghasilkan penelitian
mengenai indikator analisis teknikal dan menyimpulkan bahwa Moving Average
(MA) adalah salah satu indikator yang sangat kuat dalam memprediksi
pergerakan harga saham dalam pencapaian imbal hasil yang tinggi. Penelitian ini
dilakukan pada kurun waktu tahun 1988 sampai dengan tahun 2009 pada Bursa Efek
Mexico (Mexico Stock Exchange).
Penelitian mengenai analisis teknikal di China
yang bukan hanya menyatakan bahwa analisis teknikal merupakan alat yang tepat
untuk memprediksi pergerakan harga di masa datang namun juga memberikan
gambaran market yang tidak efisien yang sedang terjadi (Li at al, 2003).
Dilanjutkan ke site berikutnya .......
Klik disini !
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sedang kebingungan untuk mencari apartemen di kawasan Jakarta? Nih ada solusi untuk Anda yang sedang bingung memilih apartemen yang bertempat strategis banget di kawasan MT Haryoni, Investasi Apartemen di Signature Park Grande Oleh Pikko Group merupakan sebuah langkah yang tepat untuk anda yang ingin berinvestasi apartemen di kawasan Jakarta.
ReplyDeleteBaca info selengkapnya di http://renseo.blogspot.com/2017/02/investasi-apartemen-di-signature-park-grande.html