Total Pageviews

Indikator Analisis Teknikal



Bull and Bear from Wallstreet
kfwimer.com

Indikator adalah suatu perhitungan matematika yang diterapkan pada harga suatu saham atau sekuritas di masa lalu. Gunanya adalah untuk melakukan antisipasi terhadap perubahan harga (Achellis, 2001).

Hasil dari pengolahan data-data ini adalah merupakan alat bantu yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan  dalam melakukan transaksi baik di pasar saham atau sekuritas lain. Sebagian pelaku pasar menggunakan indikator sebagai alat bantu utama (main tools) dalam melakukan eksekusi perdagangan saham. Indikator ini digunakan juga sebagai alat konfirmasi. Tujuan lainnya yang tidak kalah penting adalah melihat pola grafik (charting) pergerakan saham pada rentang waktu tertentu.

Indikator dalam analisis teknikal dibagi menjadi dua bagian yaitu leading dan lagging. Indikator leading adalah indikator yang dapat mendeteksi momentum suatu market, oversold (keadaan jenuh menjual) dan overbought (keadaan jenuh membeli). Contohnya adalah indikator stochastic dan Relative Strengh Index (RSI). Indikator lagging adalah indikator yang berfungsi untuk mendeteksi trend yang sedang terjadi. Contohnya adalah Moving Average (MA).

Tidak ada indikator yang 100% memberikan hasil yang sempurna (holly grail indicator). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa Indikator saja. Jika kita ingin berinvestasi, pilihlah indakator  atau cara yang ringkas dan sederhana. Ingat : menurut penelitian, banyak pelaku pasar modal menyatakan bahwa indikator ini hanya berperan kurang lebih 20% saja. Yang berperan sangat besar adalah psikologi pasar (market psychology) atau psikologi dari investor sendiri.


MOVING AVERAGE (MA)

Indikator ini banyak dipakai penggunaannya oleh investor karena sangat sederhana dan mudah menggunakannya. Berdasarkan pergerakan saham pada masa lalu dan formula perhitungan rata-ratanya akan membentuk suatu grafik garis yang digunakan untuk mendeteksi trend yang sedang dan kemungkinan yang akan terjadi.  Moving Average terbagi menjadi tiga bagian  :


  1.  SMA (Simple Moving Average)
  2.  WMA (Weighted Moving Average)
  3.  EMA (Exponential Moving Average)

   
Simple Moving Average (SMA)
Menunjukan harga rata-rata pergerakan suatu saham dalam kurun waktu tertentu (biasanya harga penutupan pasar) . Rentang waktu yang digunakan tergantung pemilihan dari investor itu sendiri. Waktu yang biasa digunakan adalah rentang 10, 20, 25, 30, 50, 100 dan 200 hari. Rentang waktu yang singkat akan menghasilkan sinyal MA yang sensitif. Para trader transaksi jangka pendek menggunakan rentang yang lebih singkat. Jika menggunakan rentang waktu yang lebih pendek, akan sering terjadi sinyal palsu yang terbentuk. Sedangkan jika menggunakan rentang jangka panjang, dapat meredam sinyal palsu namun sinyal yang dihasilkan agak lambat (Brooks, 2007).


Perhitungan SMA misalnya dalam waktu 5 hari adalah (pergerakan saham PT Elnusa (ELSA) dari tanggal 1 Pebruari 2012 sampai tanggal 14 Pebruari 2012 adalah sebagai berikut : 

Tanggal
Harga Penutupan
Nilai rata-rata 5 harian
1 Pebruari 2012
270

2 Pebruari 2012
260

3 Pebruari 2012
250

6 Pebruari 2012
250

7 Pebruari 2012
250
256
8 Pebruari 2012
250
252
9 Pebruari 2012
245
249
10 Pebruari 2012
250
249
13 Pebruari 2012
245
248
14 Pebruari 2012
250
248


Contoh cara perhitungan  SMA5

  • SMA5   =  (h1 + h2 + h3 + h4 + h5) / 5
  • SMA5   =  ( h2 + h3 + h4 + h5 + h6) / 5
           dimana h adalah harga penutupan pada hari-hari berikutnya.

Gambar Garis SMA-15
Sumber : forexroundup.co.uk

Jika keadaan pasar sedang mengalami uptrend maka garis SMA akan berada di bawah grafik pergerakan harga, sedangkan pada kondisi downtrend garis SMA akan berada di atas grafik pergerakan harga. SMA adalah indikator lagging yang sifatnya berada di belakang pergerakan harga.

SMA mempunyai kekurangan yaitu mencakup  hanya satu periode saja. Juga karena pembobotannya yang dianggap kurang fair. Misalnya SMA-5 dimana harga penutupan hari pertama dianggap sama bobotnya dengan harga penutupan hari ke lima.  Harga pada hari kelima seharusnya diberi bobot lebih berat karena harga yang terakhir ini adalah mencerminkan kondisi actual pada saat itu. Hal ini dapat diatasi dengan pengembagan MA yang lain yaitu Weighted Moving Average (WMA) dan Exponential Moving Average (EMA).


Weighted Moving Average (WMA)
Formula yang digunakan dalam penyusunan WMA adalah pembobotan pada hari terakhir adalah lebih berat dari pembobotan hari sebelumnya. WMA bersifat lebih sensitif dari SMA namun hanya meliputi satu periode  saja misalnya  WMA-5 maka harga yang dihitung hanya periode lima hari penutupan saja sehingga  informasi yang diberikan terbatas.

Exponential Moving Average (EMA)
Formula yang digunakan dalam penyusunan EMA adalah pembobotan harga penutupan saham yang semakin berat pada hari terakhir perhitungan. Fungsi EMA adalah  menentukan trend yang akan terjadi.  Bila garis EMA berada di atas grafik pergerakan harga maka kondisi  yang terjadi adalah downtrend. Sedangkan garis EMA yang berada di bawah grafik pergerakan harga adalah menunjukan kondisi uptrend.


Contoh grafik EMA 150, menunjukan sinyal down trend dan uptrend 
Sumber : yangsaigon.com 


Moving Average Crossover
Beberapa technicalist menggunakan dua atau lebih kombinasi dari Moving Average yang dikenal dengan nama Moving Average Crossover. Misalnya dua MA-12 yang memiliki rentang waktu 12 hari dipadukan dengan MA-26 dengan rentang waktu 26 hari. Penggunaannya adalah bila garis MA dengan periode pendek memotong ke atas garis dengan MA yang lebih panjang maka dapat dikatakan bahwa kondisi pasar dalam keadaan bullish (perpotongan garisnya disebut Golden Cross) dan pada saat itu adalah kondisi yang tepat melakukan pembelian saham (yang dieksekusi pada hari berikutnya sambil menunggu konfirmasi pergerakan selanjutnya). 

Sebaliknya jika MA yang lebih pendek memotong ke bawah garis MA lebih panjang maka dapat dikatakan bahwa kondisi pasar dalam keadaan bearish (perpotongan garisnya disebut death cross) dan pada saat itu adalah kondisi yang tepat  melakukan penjualan saham.

Grafik MA 50 dan MA 20 , menunjukan golden cross  dan death cross
Sumber : 
stockchartreport.com

Penentuan MA tergantung dari keinginan dan persepsi investor dimana secara umum terdapat kombinasi yang biasa digunakan  :

MA-5 dan MA-20 atau MA-10 dan MA-50 untuk jangka pendek
MA-20 dan MA-50 untuk jangka menengah.
MA-50 dan MA 200 untuk jangka panjang




RELATIVE STRENGHT INDEX (RSI)

Pertama kali diperkenalkan oleh Welles Wilder pada tahun 1978.  RSI adalah suatu osilator dengan batasan rentang terendah (0) sampai rentang tertinggi (100). Rentang di bawah 30 disebut sebagai area oversold dan rentang di atas 70 disebut sebagai area overbought. Ada sebagian investor membuat wilayah oversold pada rentang di bawah 20 dan overbought pada rentang di atas 80. Semua tergantung pada strategi investor karena ditujukan untuk meredam sinyal palsu yang dihasilkan oleh osilator ini (Weissman, 2005).

Periode RSI standar menurut pembuatnya adalah 14 hari, namun dapat dirubah agar menghasilkan sinyal yang lebih sensitif menjadi 12, 10, 9 , 8 atau 7 hari). Bila garis RSI menembus ke bawah garis rentang 70 memberikan sinyal bearish. Bila garis RSI menembus ke atas garis rentang 30 memberikan sinyal bullish.

Jika terjadi penyimpangan garis RSI dengan grafik pergerakan harga saham (bertolak belakang) , maka dapat pula sebagai sinyal jual atau sinyal beli. Apabila garis RSI berada di atas garis rentang 70 (kondisi overbought) menunjukan arah yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bearish. Apabila garis RSI berada di bawah garis rentang 30 (kondisi oversold) menunjukan arah yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bullish.

Contoh garis RSI pada area oversold menuju ke atas (menembus  garis rentang 30) sedangkan grafik pergerakan harga arahnya downtrend. Memberikan sinyal bullish dikemudian hari.
Saham BMRI . Sumber : IPOT


Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Diciptakan oleh Gerald Appel . Terjadi hubungan antara Exponential Moving Average (EMA) yang berbeda periode waktunya, atau dengan kata lain MACD adalah penggabungan dua buah indikator EMA . MACD termasuk indikator lagging dan sifatnya yang naik atau turun (oscillator) dibagi menjadi dua bagian limit bawah (area oversold) dan limit atas (area overbought) oleh garis level 0.

Indikator MACD memiliki dua garis dimana salah satunya merupakan garis sinyal dan yang lain adalah garis MACD. Garis MACD adalah selisih dari dua buah EMA (misalnya EMA 26 dan EMA 12) dan menggunakan harga penutupan saham. Garis sinyal sifatnya lebih lambat dan merupakan moving average dari garis MACD.

Standar garis sinyal biasanya adalah sembilan hari sedangkan garis MACD adalah 26 dan 12) . Jika garis sinyal dibuat lebih pendek, misalnya tujuh hari maka akan memberikan sinyal yang lebih sensitif. Jika semakin rendah periodenya maka kekurangannya adalah akan memberikan banyak sinyal palsu.
Sinyal jual adalah pada saat garis MACD memotong ke bawah garis sinyal. Sinyal beli adalah pada saat garis MACD memotong ke atas garis sinyal  (Vasiliou et al., 2006).


Ringkasan MACD :
  Garis Sinyal = EMA dari garis MACD
  Garis MACD = EMA 12 – EMA 26

Garis indikator MACD (panah) pada saham BBNI tahun 2012
Sumber : IPOT



Stochastic Oscilator
Penemu Stochastic Oscilator adalah George C Line. Line melihat hubungan anatara harga penutupan terakhir dengan harga terendah dan tertinggi dalam satu kurun waktu.  Harga penutupan terakhir yang mendekati harga tertinggi memberikan sinyal beli (bullish) sedangkan harga penutupan yang semakin mendekati harga terendah menandakan tekanan jual atau distribusi (bearish).

Stocastic terdiri dari dua garis yang disebut garis %K dan %D yang berkisar antara level vertikal 0-100. Area diatas 80 termasuk area overbought sedangkan area di bawah 20 termasuk area oversold.
Garis %K adalah disebut garis sinyal dan garis yang terpenting. Garis %D disebut garis trigger (pemicu) . Sinyal beli jika pada area oversold garis %K memotong ke atas garis %D. Sinyal jual jika pada area overbought garis %K memotong ke bawah garis %D. Stochastic terdiri dari dua bagian yaitu fast stochastic dan slow stochastic (Michael, 2005).

Garis indikator Stochastic (panah) pada saham BBNI tahun 2012
Sumber : IPOT

Fast Stochastic : menggunakan nilai %K dari rasio persentase harga penutupan terakhir dengan harga tertinggi  dan terendah dalam satu periode tertentu. %D nya adalah rata-rata Simple Moving Average (SMA) dari %K selama tiga hari terakhir.

Slow Stochastic : %K menggunakan nilai rata-rata 3 hari terakhir . Nilai %D adalah rata-rata tiga hari terakhir dari %K  slow stochastic. Penggunaan yang lebih umum digunakan adalah Slow Stochastic karena untuk meredam sinyal palsu. 


Parabolic SAR
Diciptakan oleh Welles Wilder. Kata parabolic karena bentuk kurvanya seperti parabola. Sedangkan SAR adalah kependekan dari “stop and reverse”  Garis Parabolic SAR adalah berupa kumpulan titik yang membayangi pergerakan harga.

Sinyal beli  adalah saat garis indikator melintasi harga saham dari atas ke bawah. Sinyal jual adalah saat garis indikator melintasi harga saham dari bawah ke atas. Parabolic SAR sangat tepat saat trend yang terjadi adalah bullish atau bearish, tetapi kurang cocok pada saat trend sideways.

Dua variable pada Parabolic SAR adalah The Step dan The Maximum Step. Step yang umum dan dianjurkan oleh penemunya adalah The Step 0,02 dan Maximum Step adalah 0,2. Semakin tinggi nilai the Step membuat indikator semakin sensitif terhadap perubahan harga saham dan akan menghasilkan banyak sinyal palsu. Maximum Step digunakan untuk mengontrol jarak titik Parabolic SAR dengan pergerakan harga. Maximum Step yang semakin rendah akan membuat titik semakin jauh jaraknya dari pergerakan harga saham.

Wilder menyarankan agar melakukan konfirmasi terhadap trend jika akan menggunakan indikator ini. Bila kondisi sedang menunjukan uptrend, dilakukan eliminasi sinyal jual dan menunggu sinyal beli.  Sinyal beli disarankan untuk tidak dilakukan bila dalam kondisi downtrend. (Ong, 2008).

Rumus Parabolic SAR :
SARn + 1- SARn + (Fa x (EP –SARn))

Dimana  :        
SARn + 1 = Nilai SAR besok
SARn = SAR hari ini
EP = Harga tertinggi jika uptrend
EP = Harga terendah jika downtrend
Fa = Faktor akselerasi, awalnya 0,02 dan meningkat maksimum
        sebesar 0,2

Garis Indikator Parabolic SAR (panah) pada saham BBNI tahun 2012
Sumber : Indo Premier Securities


Reminder :  INDIKATOR ANALISIS TEKNIKAL !
Indikator di atas hanya sebagian saja yang diuraikan pada penulisan ini namun masih terdapat beberapa indikator lain seperti Momentum, Boehlinger Band, dan lainnya. Penggunaannya tergantung dari persepsi investor sendiri. Yang perlu diingat adalah bahwa dalam berinvestasi : gunakanlah alat bantu yang mudah dan simpel (ringkas). Indikator yang sulit dan kompleks belum tentu membantu dalam menentukan pengambilan keputusan investasi. Yang sangat berperan adalah psikologi pasar (50%) atau persepsi investor sendiri terhadap keadaan pasar secara keseluruhan. Dan kondisi pasar adalah selalu "benar" (maksudnya : pasar adalah selalu merupakan pencerminan kondisi / keadaan pada saat itu ).

"The market is always right" ..........



Efficiency Market Hypothesis
Efficiency Market Hypothesis adalah suatu paradigma yang menyatakan bahwa harga yang terbentuk di pasar adalah sudah mencerminkan informasi yang tersedia (Fama, 1970).
Jensen (1978) melakukan pengembangan terhadap teori ini. Pasar yang efisien mencerminkan semua informasi yang tersedia sehingga tidak mungkin memperoleh abnormal return berdasarkan informasi yang tersedia tersebut.  Jensen membagi pasar yang efisien dalam tiga bagian yaitu :

Weak form efficiency dimana informasi yang tersedia bagi investor  sangat terbatas.
Semi Strong dimana informasi yang didapatkan investor  cukup tersedia namun tidak seluruhnya.
Strong  dimana informasi yang tersedia bisa sangat cepat diakses investor.

Paradigma ini sangat bertentangan dengan para technicalist yang menyatakan bahwa pada pasar yang efisien dimana informasi tersedia dengan cepat, akan dapat digunakan untuk memprediksi harga di masa datang sehingga dapat dihasilkan return yang lebih tinggi.


Anomali Pasar dan Psikologi Investor
Terlepas dari berbagai analisis teknikal yang ada, pasar sesekali mengalami anomali dimana prediksi tidak sesuai dengan kenyataan. Penyebab anomali pasar adalah  psikologi investor. Psikologi investor menyumbang sekitar 50% dari strategi jual beli (disiplin dalam melakukan transaksi dan pengendalian emosi dari fear and greed) di pasar modal,  30% adalah money management yaitu strategi mengatur  dana yang tersedia dalam berbagai macam jenis saham beserta komposisinya. Sedangkan 20% adalah analisis teknikal (Ong, 2005).

Ternyata analisis teknikal hanya menyumbang 20% saja dari berbagai strategi yang dijabarkan. Dan dalam melakukan investasi adalah dibutuhkan suatu kesederhanaan dan kesabaran Maksudnya pemakaian indikator analisis teknikal disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak semua indikator sulit akan memberikan return yang lebih baik (May, 2010) .

Tidak ada analisis teknikal yang 100% sempurna meramalkan pergerakan suatu saham (holy grail) karena hal ini sama dengan menjabarkan psikologi seseorang (investor) yang selalu berubah ke dalam suatu indikator alau alat bantu berinvestasi yaitu indikator analisis teknikal meskipun psikologi investor terpola dari waktu ke waktu (Darmawan, 2010).



SUMBER PENULISAN :


Achellis, Steven B. 2001.  Technical Analysis from A to Z. 2nd edition. New York :  McGraw-Hill Company

Banjoko. Aderemi. 1999. Stock Trading and Investing. London UK : Author House UK Ltd

Bodie et al. 2011. Investments and Portfolio Management.  9th Edition.  New York : McGraw-Hill Irwin.

Brook, Al, 2012. Trading Price Action Trading Ranges: Technical Analysis of Price Charts Bar by Bar for the Serious Trader, Hoboken, New Jersey : John Wiley and Sons, Inc,
  
Car, Michael. 2005. Getting Mechanical with Oscilator. Futures 34.7. pp : 445-446

Darmawan, Ferdie. 2010. Investor Sibuk. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit  PT Gramedia Pustaka Utama

Gumanti, Tatang Ari.  2011. Manajemen Investasi. Edisi Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE

Labuszewski, John W, John E Nyhoff, Richard Co and Paul E Peterson. 2010. The CME Group Risk Management Handbook; Product & Application.  New Jersey : John Willey and Sons Inc

Li, Xiao-Ming and Kong Jun Chen, On the Value Technical Analysis for Stock Trader in China. Department of Commerce, Massey University (Albany). New Zealand. JEL classification : G14;O53

Lind at al. 2010. Statistical Technique in Business and Economics. 14th Edition.    New York : McGraw-Hill Irwin.

Little, LA. 2011. Trend Qualification and Trading : Techniques to Identify the Best Trend to Trade. Hoboken New Jersey : John Wiley & Sons Inc

Maheshwari, Yogesh. 2008. Investment Management . Eastern Economy Edition. New Delhi :  PHI Learning Private Limited

May, Ellen. 2010. We are Trader not Gambler . Edisi Pertama. Jakarta : Vibby Publishing

Obienugh, JP, 2010, Jonbull’s Stock Guide : How to Invest Profitably in Volatile Stock Market”. Trafford Publishing, North America & International

Ong, Edianto. 2008. Technical Analysis for Mega Profit.  Edisi Pertama. Jakarta : Mega Publishing

Twibell , David. 2005. Technical Speaking Technical Analysis has never received much respect in investment community, but studies show it may be a valuable tool for predicting future stock price movement . Financial Planing  pp : 109-111

Schiller, Jon PhD, 2010, Double your Money with weekly option Condors “. USA : Jon Schiller Software

Vasiliou at al. 2006. How Rewarding is Technical Analisys ? Evidence from Athen Stock Exchange. Operational Research. International Journal Vol. 6 no.2.  pp : 85-102

Vibby, Santo. 2011. The Secret Market Stock Profit of When to Buy and Sell, Candle Stick can Tell, Edisi Revisi. Jakarta : Vibby Publishing

Xavier, Garza-Gomes at al. 2010. Technical Analysis : Evidence from The Mexican Stock Market. The Business Review. Cambridge 15.2pp : 49-54



3 comments:

  1. analisisnya mantap, refrensi tambahan buat saya ni. Makasih banyak.
    salam hangat MauBergaya

    ReplyDelete
  2. Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
    hingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
    profit,bergabung sekarang juga dengan kami
    trading forex fbsasian.com
    -----------------
    Kelebihan Broker Forex FBS
    1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
    2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
    3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
    4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
    5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
    Indonesia dan banyak lagi yang lainya
    Buka akun anda di fbsasian.com
    -----------------
    Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
    Tlp : 085364558922
    BBM : fbs2009

    ReplyDelete
  3. Sangat membantu sekali artikelnya!! mantap

    ReplyDelete