Total Pageviews

Simulasi Saham



Simulasi saham di sini maksudnya adalah belajar dan mencoba bagaimana membeli dan menjual saham sebelum terjun langsung secara "live" di lantai bursa. Apakah dengan membeli saat ini untuk saham tertentu kemudian menjualnya lagi akan diperoleh keuntungan atau kerugian.

Saya mengambil contoh seperti ini :
Misalnya kita mendapatkan dana sejumlah Rp 100 juta secara cash. Kita memilih pasar modal sebagai tujuan investasi. Bagaimana caranya ?

Langkah 1
Pertama-tama yang ada dibenak kita dan harus kita jawab adalah : kita siap merugi pada jumlah berapa ? Kalau keuntungan mungkin sudah biasa, tetapi kadang orang belum siap menerima kerugian. Kerugian harus dibatasi. Dalam transaksi pembelian saham, biasanya saya membatasi kerugian sejumlah 5% dari nilai pembelian.

Saya hari ini membeli saham Bank BRI (kode BBRI) sejumlah 5 lot di harga Rp 6.000 per saham. Total dana yang saya keluarkan adalah  Rp 6.000 x 5 lot (1 lot = 100 lembar saham) yaitu Rp 3 juta. 
Saya memasang mesin cut loss (secara sistem terdapat di perusahaan sekuritas) dimana batas kerugian yang saya inginkan adalah 5% --> jadi pada saat harga BBRI menjadi Rp 5.700, saya sudah harus melakukan penjualan atau cutt loss (jual rugi untuk mengurangi kerugian yang lebih besar)
(note : untuk cut loss diterangkan di bagian  literatur)

Langkah 2 
Tetapkan posisi  kita, mau menjadi seorang trader atau sebagai investor. Ada juga yang berperan sebagai keduanya. Jika kondisi perekonomian sedang stabil : bertindak sebagai investor. Tetapi jika perekonomian tidak stabil bertindak sebagai trader (hit and run, beli saham saat ini kemudian ambil untung dan kabur)
  • Trader : Jangka waktu pembelian saham dan penjualan saham sangat singkat (jam, hari, atau minggu). Sering melihat running trade (monitor di komputer yang telah terkoneksi ke monitor utama di lantai bursa. Monitor tersebut menampilkan pergerakan harga sahaam secara online dan real time / live).
  • Investor : Sifatnya jangka panjang (minimal 6 bulan sampai tidak terbatas rentang  waktu untuk pembelian dan penjualan saham) dan menengah (rentang waktu pembelian dan penjualan saham dalam hitungan minggu atau bulan, biasanya kurang dari 6 bulan). Keduanya tidak terlalu sering memperhatikan running trade. Hanya seperlunya saja.

Langkah 3
Untuk pemula, dalam mengurangi risiko maka carilah saham-saham bernilai dan terpilih (Blue-chip) contohnya yang terdaftar di daftar saham berikut ini (Bisnis-27, LQ-45 atau KOMPAS-100)  :

BISNIS-27


LQ-45


    KOMPAS-100






    Dalam kurun waktu beberapa bulan saham-saham yang terdaftar di list tersebut mendapat penilaian berdasarkan kinerjanya sehingga cukup mengurangi risiko  bagi investor pemula. Sudah dilakukan screening oleh institusi yang mengeluarkan list tersebut.


    Langlah 4
    Pilihlah saham yang mengalami up-trend (bisa dilihat di Yahoo Finance.) . Yaitu dilihat pergerakannya 6 bulan ke belakang. Contoh uptrend adalah yang grafiknya seperti tersebut di bawah ini. Harga cenderung menunjukan kenaikan dari waktu ke waktu. 


    Untuk melihat grafik uptrend atau downtrend, klik di link berikut. 
    Klik di sini . Saya mengambil contoh saham Bank BRI. Kebetulan saham tersebut dalam kondisi uptrend dari 6 bulan sebelumnya.

    Strategi menembak rusa:
    Jika kita akan mulai memilih dan membeli saham, diibaratkan kita sedang menembak rusa. Setelah menembak, jangan biarkan rusa itu busuk. Maksudnya jaga agar rusa itu tetap bisa dimakan (disate atau dimasak dan tidak busuk). Rusa busuk diibaratkan jika saham yang telah kita beli, tidak dijaga atau dimaintenance (tidak tahu kapan waktunya menjual) sehingga terlambat untuk dijual lagi kemudian malah menimbulkan kerugian (membusuk).


    Sehingga dari daftar LQ-45 (disini menggunakan daftar saham yang terdapat di LQ-45) dan berdasarkan grafik uptrend 6 bulan sebelumnya, kita menemukan saham-saham sebagai berikut :
    1. Saham Bank BRI (kode : BBRI)
    2. Saham Kalbe Farma (kode : KLBF)
    3. Saham Jasa Marga (kode : JSMR)
    4. Saham Wijaya Karya (kode WIKA)


    Langkah 5
    Di sini kita harus membagi dana tersebut menjadi beberapa pembelian jenis saham. Istilahnya adalah portfolio yaitu risiko yang ada dibagi menjadi beberapa bagian. Sehingga jika salah satu saham turun yang lain mungkin akan naik atau meminimalkan kerugian. Konsep sederhananya adalah : jangan meletakkan semua telur di dalam satu keranjang. Jika keranjangnya jatuh, telur yang ada di keranjang lain masih ada. 

    Misalnya sekarang adalah tanggal 5 Januari 2015 
    Dari dana Rp 100 juta tersebut yang diberikan kepada kita, kita belanjakan ke saham. Pembelian sahamnya kita bagi menjadi :
    1. Saham Bank BRI (BBRI) sejumlah 25%(Rp 25 juta)
    2. Saham Kalbe Farma (KLBF) sejumlah 25% (Rp 25 juta)
    3. Saham Jasa Marga (JSMR) sejumlah 25% (Rp 25 juta)
    4. Saham Wijaya Karya (WIKA) sejumlah 25% (Rp 25 juta) 
    List pergerakan harga saham di atas dapat dilikat di yahoo finance
    Masukkan ke dalam tabel yang telah dibuat harga pembelian saat ini (anggap tanggal 5 Januari 2015)  
















    1 comment:

    1. Selamat Siang,
      saya sudah membaca blog anda, sangat mudah di pahami dan saya sangat tertarik untuk bekerja sama dengan anda, kami dari Forexmart menawarkan kerja sama affiliasi yang sangat menguntungkan untuk anda, jika anda berminat dan tertarik dengan penawaran ini bisa menghubungi email saya di hellokittykucing89@gmail.com dan saya akan memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai penawaran kerjasama ini.
      Terima Kasih dan salam sukses untuk anda

      ReplyDelete